Melaspas Madya dan Mecaru Rsi Gana di Pura Dalem Tugu
Penulis: Nengah Sudipa, Editor: Tubuh Wibawa
5/3/20242 min read
Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin (PPSAKK) menyelenggarakan upacara Melaspas Madya dan Mecaru Rsi Gana di Pura Kawitan Pedharman Dalem Tugu, Gelgel, Klungkung pada Sukra Kliwon Sungsang, 30 Desember 2022.
Upacara yang dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Tembau, Geria Aan Klungkung juga dimeriahkan dengan tarian rejang yang ditarikan oleh Para Istri PPSAKK, di bawah koordinator Ibu Nyoman Nesa, istri Ketum.
Menurut Ketua Umum PPSAKK, Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH, M.Hum, penyelengaraan ritual ini sehubungan telah rampungnya restorasi palinggih dan bangunan lainnya di Pura Kawitan-Pedharman itu. Pura Dalem Tugu yang berlokasi di Desa Gelgel, Klungkung adalah Pura Kawitan-Pedharman Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin. Hal ini dibuktikan dengan Pura itu merupakan tempat wit ‘awal/asal’ dari Lelangit Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin membangun penyiwian di zaman Kerajaan Gelgel. Pura itu juga sekaligus sebagai Pedharman karena di Palinggih meru tupang tiga, disthanakan roh suci Mendiang Sira Arya Kuthawaringin dan Putra sulungnya Sira Arya Kubontubuh atau Kyayi Klapodyana.
Meru Tumpang Tiga (kiri) sthana Roh Suci lelangit kita, dan Gedong (kanan) linggih Sang Hyang Amurwa Bhumi, Pajenengan Kawitan, Ida Sang Hyang Pitamaha. Lebih lanjut Ketum PPSAKK yang juga Guru besar FH Unud, menambahkan bahwa sejak Mei 2022, palinggih-palinggih di Pura Dalem Tugu mulai direstorasi, mengingat ada beberapa palinggih yang sudah berusia tua. Restorasi itu sendiri dilaksanakan dengan melakukan perbaikan beberapa bagian palinggih yang sudah kropos, tetapi tidak dengan mengganti total supaya nilai historis tidak hilang. Semua palinggih termasuk piasan direstorasi dengan mengangkat dan menggeser supaya serasi ketinggiannya dengan luas bidang pelemahan di utamaning mandala.
Ada hal yang menarik diwartakan bahwa setelah restorasi, dengan mengangkat dan menggeser palinggih, nampak sekarang bahwa di Utamaning Mandala Pura Dalem Tugu sendiri telah tersusun Tri sub-mandala, yaitu (i) Utamaning Utama Mandala, linggih ida Bhatara-Bhatari yang disimbolkan dengan gunung rata tempat Palinggih berjejer termasuk Pengaruman. (ii) Madyaning Utama Mandala, genah Panggungan Bebanten dan Ida Peranda Mapuja dan (iii) Kanistaning Utama Mandala, genah sameton, pemedek nyakupang tangan, ngaturang bhakti.
Denah kanistaning Utama Mandala, Pura Dalem Tugu, ditata apik dengan lantai batu sikat dihiasi taman rumput hijau. Taman rumput ditanam sedemikian rupa di tengah kotak-kotak penghias sehingga sedap dipandang mata. Fungsi rumput hijau menurut Agus Guna Pradnyana, ahli landscape, alumni Fak Teknik Unud, adalah agar ada sirkulasi udara segar selama ngaturang bhakti. Selain taman rumput hijau berfungsi sebagai penyedia O2 yang segar, juga tidak disangka bisa sebagai tempat untuk macekang ‘menancapkan’ dupa dikala sembahyang.
Umumnya Pura-pura besar di Bali hanya memiliki tri mandala, yaitu (i) Utamaning Mandala, genah suci untuk upacara, peranda mapuja dan pemedek ngaturang bhakti, (ii) Madyaning Mandala, tempat ilén-ilén, seperti Gong, gambang, peshantian dan Tari wali dan di (iii) Kanistaning Mandala, lokasi pemedek masandekan, warung kuliner, tempat parkir dan kadang-kadang tempat tajén.
Dalam upacara Mlaspas Madya dan Mecaru Rsi Gana ini, ditengah-tengah kehadiran para sameton PPSAKK sejebag Bali, nampak hadir Ida Dalem Smara Putra dari Puri Agung Klungkung dengan memberi dharma wacana “tiang kan ada ikatan emosional, sesuai perjalanan Babad, leluhur tiangé berhutang budi sareng Kyayi Klapodyana ’Arya Kubontubuh’ dst…dst..dan beberapa saran Beliau agar kita sama-sama semakin saling éling. Dokumentasi dan foto-foto bisa diklik pada tombol di bawah.