Memang pernah ada (beredar) beberapa tulisan (publikasi) yang menyebutkan adanya Padharman Arya Kubontubuh di kompleks Pura Besakih. Tetapi penelusuran terhadap kebenaran isi tulisan tersebut menghasilkan kesimpulan seperti disajikan dalam uraian berikut. Menjelang Karya Eka Dasa Rudra di Besakih, telah diterbitkan buku yang berjudul “Menyongsong KARYA EKA DASA RUDRA di PURA BESAKIH”. Buku tersebut disusun oleh I Wayan Surpa dengan kata sambutan tertanggal 3 Pebruari 1979 dari PARISADA HINDU DHARMA PUSAT yang ditandatangani oleh Tjokorda Rai Sudharta selaku Ketua III.
Pada halaman 105 Buku tersebut disajikan Bagan Denah PuraPura Padharman di kompleks Pura Besakih beserta keterangan Bagan Denah Pura-Pura tersebut pada halaman 106. Pada butir III dalam keterangan Bagan Denah itu tercantum “Pedarman Kubontubuh”, sedangkan dalam Bagan Denahnya lokasi Pedharman termaksud nampak bersebelahan dengan “Pedarman Sukewati.” Darimana informasi yang mendasari Bagan Denah beserta keterangannya itu diperoleh, dapat disimak dari uraian “PENJELASAN TENTANG PURA-PURA PEDHARMAN” pada halaman 69-70 buku tersebut di atas di mana antara lain terdapat pernyataan seperti kutipan kalimat berikut : “….. uraian tentang Pura-Pura Pedharman tersebut di atas hanya disusun berdasarkan keterangan-keterangan yang diperoleh dari PemangkuPemangku di Pura itu, yang mungkin saja belum benar seluruhnya, akan tetapi minimal dapat memberikan petunjuk dasar bagi para penyiwinya dalam menyempurnakan riwayat Pura-Pura Pedharman yang menjadi penyiwiannya, ……………….” Selanjutnya uraian penjelasan termaksud diakhiri dengan kalimat berikut : “Akhirnya saya memohon maaf bila dalam uraian tentang Pura-Pura Pedharman tersebut di atas terdapat kekeliruan serta mohon untuk diperbaiki dan disempurnakan dikemudian hari.” Dari dua kalimat kutipan di atas dapat diduga bahwa si penulis masih belum sepenuhnya yakin akan kebenaran dari apa yang telah ditulisnya.
Dalam buku tersebut diuraikan pula bahwa di areal pura tersebut antara lain terdapat Meru Tumpang Lima yang dinyatakan sebagai palinggih Ida Sri Mpu Bujangga dan padharman ini disungsung oleh keluarga dari Banjar Sengguan Klungkung (Wayan Windia, 1980 : 56). Informasi tersebut sudah tentu mengandung kerancuan karena antara nama padharman (Arya Kubontubuh) dan yang disungsung/dinharma(Ida Sri Mpu Bujangga) sama sekali tidak sesuai. Nampaknya informasi yang rancu tersebut terus-menerus dijadikan acuan untuk beberapa publikasi berikutnya tanpa membandingkan dengan sumber informasi dalam kepustakaan-lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian DR. R. Goris (1937) tentang Pura Besakih yang dilengkapi dengan denah Pura Besakih yang digambar oleh J. Hooykas, menyatakan pura tersebut adalah padharman I Gusti Bendul. Sedangkan hasil penelitian David J. Stuart- Fox (1987 : 145), menyimpulkan bahwa petak tersebut, yang terpisah namun masih berada dalam lingkungan tembok Padharman Sukawati adalah Padharman Ida Sri Mpu Bujangga yang disungsung oleh kelompok kecil sekitar 60 keluarga yang berasal dari Banjar Celepik, Tojan (Gelgel). Kesimpulan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa Meru Tumpang Lima yang ada di sana adalah palinggih Ida Sri Mpu Bujangga. Cara pandang yang juga memperkuat kesimpulan bahwa pura tersebut bukan Padharman Arya Kubontubuh adalah metode penarikan kesimpulan yang disepakati dalam Pesamuan. PPSAKK Pusat Pratisentana Sira Arya Kubontubuh Propinsi Balidalam Pesamuhan yang diselenggarakan di Nusa Dua pada tanggal 24 Juni 1984, telah menerapkan pengkajian berdasarkan konsep tripramana, yaitu : 1. Dengan pramana Sastra tah, dikaji adakah tersurat dalam rontal atau prasasti tentang keberadaan Padharman Arya Kubontubuh di kompleks Pura Besakih ? 2. Dengan pramana Loka tah (loktah), dikaji adakah di antara warga pratisentana Sira Arya Kubontubuh mengatakan (mengetahui) tentang keberadaan padharman termaksud di kompleks Pura Besakih ? 3. Dengan pramana Swah tah, dikaji adakah di antara keluarga/warga pratisentana Sira Arya Kubontubuh sendiri pernah pedek tangkil (sembahyang) ke pura padharman termaksud ?
Ternyata hasil pengkajian/penelusuran yang dilakukan menemukan jawaban : TIDAK terhadap ketiga pertanyaan tersebut di atas, sehingga Pesamuan Pusat tersebut menyimpulkan bahwa Padharman yang berada di kompleks Pura Besakih termaksud, BUKAN Padharman Arya Kubontubuh. Di samping keberadaan informasi berdasarkan tulisan (publikasi) seperti yang telah dibahas di atas, konon pernah ada pula beredar informasi atau petunjuk lisan yang sampai kepada beberapa orang dari beberapa warga (termasuk beberapa orang dari Warga Kubontubuh) yang tidak memiliki Pura Padharman di kompleks Pura Besakih, yang mengatakan bahwa Pura Padharman Warga termaksud bersama-sama dengan Pura Padharman dari suatu Warga ‘clan’ tertentu di Pura Besakih.
Informasi seperti itu tentu saja berpotensi dapat menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang kurang memahami tentang historis keberadaan pura-pura Padharman di Besakih. Untuk menghindari hal tersebut, kepada Warga Pratisentana Sira Arya KubontubuhKuthawaringin, dianjurkan untuk berpedoman pada Pasal 7 Ketetapan Pesamuan Pusat Khusus Pratisentana Sira Arya Kubontubuh Propinsi Bali Nomor I/PPK-PSAK/2004 tanggal 25 Januari 2004, yang antara lain menyatakan: Bertolak dari pemahaman dan keyakinan bahwa Pura Padharman adalah salah satu jenis pura yang tergolong pura keluarga (clan), tidaklah logis bila ada anggapan yang meyakini adanya kemungkinan bahwa dua atau lebih tokoh dari warga (clan) yang berasal dari kawitan yang berbeda disthanakan/dilinggihang pada suatu Palinggih dalam suatu Pura Padharman.
Selanjutnya dari sejarah tahun awal dari berdirinya Pura-Pura Padharman di kompleks Pura Besakih, tercatat tahun 1478 M. menurut Rontal Padma Bhuwana, tahun 1543M. menurut Babad Sukahet, atau bahkan tahun 1840-an menurut tulisan dalam Harian Bali Post yang terbit pada tanggal 16 September 1998 yang ditulis oleh I Gusti Made Warsika S.H. (seperti sudah dimuat dalam postingan yang lalu yang berjudul : Keberadaan Pura Padharman Tidak Harus Di Besakih). Bila ketiga tahun itu dibandingkan dengan tahun wafatnya Sira Arya Kuthawaringin, yang diikuti dengan upacara palebon – baligia – atmapratista/dinharma (disthanakan) di Pura Dalem Tugu, yaitu pada tahun-tahun akhir dari periode pemerintahan Dalem Ketut Kresna Kepakisan yang memerintah dalam kurun waktu 1352-1380, maka logislah kalau memang tidak ada Pura Padharman Sira Arya Kuthawaringin di kompleks Pura Besakih, oleh karena pembangunan Pura Padharman di kompleks Pura Besakih itu baru dimulai lebih dari 100 tahun setelah penyelenggaraan upacara mensthanakan (dhinarma) roh suci Sira Arya Kuthawaringin di Pura Dalem Tugu seperti diuraiakan dalam buku Alih Aksara Dan Terjemahan dari Raja Purana Pura Dalem Tugu Pura Kawitan Padharman Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin. Demikianlah berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa memang tidak ada Pura Padharman Sira Arya Kuthawaringin atau Sira Arya Kubontubuh di kompleks Pura Besakih dan tidak pula bersama-sama dalam suatu Pura Padharman dari suatu warga ‘clan’ tertentu di kompleks Pura Besakih. Pura Dalem Tugu di Gelgel, Klungkung adalah Pura Kawitan Padharman Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin.