Pura Dalem Tugu, Pura Pusaka Warisan
Penulis: Nengah Sudipa, Editor: Tubuh Wibawa
4/27/20242 min read
Di hari Rabu Umanis Medangsia, pemedek mendapat siraman rohani dari pakar sejarah, Prof Wirawan, ahli sejarah dari Puri Gelgel Klungkung. Banyak hal dibahas diawali dengan perjalanan sejarah Para Arya dari Majapahit, termasuk Sirarya Kuthawaringin yang bermukim di Gelgel. Jasa dan ketokohan Kyayi Klapodhyana yang bergelar Kyayi Kubontubuh, Status dan Fungsi Pura Dalem Tugu, sebagai Pura Kawitan-Pedharman Sirarya Kubontubuh-Kuthawaringin, termasuk juga diulas tentang Macan Selem.
Dari paparan beliau yang berdurasi hampir dua jam, ada serat putih, bukan saja sekedar benang merah yang dapat ditarik, yaitu bahwa Pura Dalem Tugu merupakan Pusaka Warisan Lelangit kita yang mesti dilestarikan. Beliau memberi perumpamaan dan bertanya ADA BERAPA BENDERA PUSAKA? Pasti satu, yang banyak adalah bendera duplikat. Beranalogi dengan contoh ini, maka Pura Dalem Tugu adalah satu-satunya PUSAKA warisan yang menjadi alat pemersatu agar semua pratisentanya rumaket. Bila ada godaan, beliau mengibaratkan bahwa PUSAKA ini sudah berakar kuat laksana pohon, bila diterpa angin beliung, yang patah dan berserakan pastilah cabang dan rantingnya. Pohon PUSAKA akan tetap kokoh sampai kapanpun. Mari kita renungkan!
PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL
Kenapa PARAHYANGAN KITA bernama Pura Dalem TUGU?, Apa makna Pura Kawitan-Pedharman itu? Pedharman kok tidak di Besakih? Apa arti Macam Selem?- Ini sejumlah Pertanyaan yang akan dijelaskan secara ringkas berikut ini:
Ekspedisi ke Bali Patih Gadjah Mada dari kerajaan Majapahit tahun Içaka 1265 atau tahun Masehi 1343 diiringi tujuh Arya yang disebut Sapta Arya. Ketujuh Arya itu adalah (1) Arya Dhamar, (2) Arya Sentong, (3) Arya Kuthawaringin, (4) Arya Kenceng, (5) Arya Belog, (6) Arya Kanuruhan Singasardhula dan (7) Arya Panghalasan. Masing-masing Arya ditugaskan di seluruh Bali, Sirarya Kuthawaringin di Gelgel dan sekitarnya.
Sirarya Kuthawaringin memiliki 4 putra, tiga laki-laki dan satu perempuan bernama : (1) Kyayi Klapodhyana, (2) Kyayi Parembu, (3) Kyayi Candi dan (4) I Gusti Ayu Waringin. Sirarya Kuthawaringin bergelar Amanca Agung mendampingi Adipati Bali Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan yang masih berkeraton di Samprangan. Sirarya Kuthawaringin di Gelgel membangun Pura Dalem Jagat disebut juga Dalem Suci untuk memuja Sang Hyang Parama Wisesa dalam Prabhawa sebagai Sang Hyang Amurwabhumi yg melinggih di Gedong Bata Pura Dalem Tugu.
Sirarya Kuthawaringin wafat karena usia lanjut, Palebon lanjut dengan balagia dan Atma Pratista diselenggarakan oleh Kyayi Klapodhyana bersama seluruh saudara dan sanak keluarganya di Gelgel. Roh sucinya disthanakan ‘dhinarmma’ di Pura Dalem Suci pada palinggih Bebaturan (sekarang Meru tumpang tiga, di sebelah utara Gedong Bata Pura Dalem Tugu). Kata dhinarmma adalah akar kata Pedharman.
Jabatan Sirarya Kuthawaringin digantikan oleh putra sulungnya yang bergelar Kyayi Gusti Agung Bendhesa Gelgel. Disaat bersamaan di Kraton Samprangan, Ida Dalem Ilé kurang memperhatikan pemerintahan, cemas akan terjadi kekosongan Pemerintahan, maka Kyayi Kaplodhyana bersama para Arya lainnya di Pura Dalem Suci berikrar ‘madéwasaksi’ untuk membulatkan tekad sebelum menjemput Ida I Dewa Ketut Ngulesir ke Desa Pandak. Karena menjadi tempat madéwasaksi, dibangunlah Tugu linggih Sang Hyang Tugu/Ghanapati di sebelah utara Meru Tumpang Tiga. Dari sinilah asal usul nama Pura Dalem Tugu.
Setelah berhasil membujuk Ida I Dewa Ketut Ngulesir menjadi raja, Beliau tidak berkeraton di Samprangan, tetapi Kyayi Klapodhyana menyerahkan karang kepatihan di Gelgel untuk dijadikan Kraton, bernama Sweca Linggarsa Pura. Kyayi Klapodhyana pindah kearah selatan tinggal di kebun ’tegalan’ yang penuh ditumbuhi kelapa ‘tubuh’, dari sini Beliau lebih dikenal dengan nama Kyayi Kubontubuh. Pada waktu pemerintahan Ida I Dewa Ketut Ngulesir yang bergelar Ida Dalem Ketut Smara Kepakisan, Kyayi Kubontubuh diberi tugas membunuh macan selem di Blambangan dan berhasil, sehingga Ida Dalem menganugrahkan Raja Purana dan bhisama lainnya termasuk menggunakan petulangan mapinda macan selem.
Dari paparan singkat, bisa kita pahami bahwa Parahyangan kita bernama Pura Dalem Tugu, Pura Kawitan-Pedharman Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin. Sebagai Kawitan karena wit ‘asal’ leluhur pangked pertama dilinggihkan di Pura ini. Sebagai Pedharmaan karena roh suci Sirarya Kuthawaringin dininarmma di Meru Tumpang Tiga. Ini sekaligus menjawab bahwa Pura Pedharman tidak mesti berlokasi di Besakih.